Wednesday 19 May 2010

Marah Pada Anak, Perlukah?

Setiap kali pulang kerja, kita pasti membayangkan rumah dalam keadaan rapi dan bersih, anak-anak sudah mandi dan tak berulah macam-macam sehingga kita bisa sejenak melepaskan kepenatan. Tapi bila yang terjadi ternyata sebaliknya, apa yang sebaiknya kita lakukan? Tetap bermuka manis dan menganggap seolah tak terjadi apa-apa. Atau mengekspresikan kemarahan kita di depan anak-anak?

Kejadian di atas beberapa kali kualami. Saat sedang lelah dan butuh tidur siang sejenak, tiba-tiba si kecil merengek minta ditemani bermain. Atau tiba-tiba saja dia mengeluh lapar dan haus padahal baru beberapa menit yang lalu mbak pengasuh menyuapinya dan memberinya segelas susu.Belum lagi kalau aku pulang terlambat, dia akan protes dengan 'memporakporandakan' mainannya di berbagai sudut rumah atau menurunkan semua koleksi bukuku hingga bertebaran kemana-mana.

Saat hatiku sedang mood, semua kerewelannya bisa kuatasi dengan baik. Kucoba menjelaskan semuanya dengan kepala dingin dan berusaha sekeras mungkin untuk tidak terpancing dengan ulahnya walau kemarahan sudah memuncak di ubun-ubun. Tapi kalau lagi bad mood, tak sadar mulutku mengeluarkan kata-kata yang bisa jadi menyakiti hatinya dan akhirnya hanya akan menimbulkan penyesalan yang mendalam saat ia terisak-isak di pojok kamar.

Sebenarnya perlukah menunjukkan ekspresi marah pada anak? Perlu, ekspresi marah yang wajar dan dapat diterima oleh anak sangatlah sulit dilakukan, jangan membentak, mencela atau melakukan pemukulan, akan tetapi tunjukkanlah rasa marah itu untuk memberikan kesan yang dapat ditangkap oleh anak bahwa Anda bersungguh-sungguh terhadap kesalahan yang dilakukannya tersebut.

Kekerasan pada anak berupa pemukulan dan penyiksaan justru mengekang pengembangan kepribadian, dampak-dampak maladaptif dikemudian hari diperkirakan akan terbentuk dengan di awali dengan kekerasaan sejak dini. Kontrol emosi orang tua sangat dibutuhkan agar rasa marah tidak meletup menjadi buah kekerasaan.

Ibu yang terlalu lelah dan merasa tertekan cenderung emosional, kemudian seringkali meluapkan kemarahan kepada anak, meskipun anak belum tentu bersalah. Jika Anda termasuk salah satu ibu yang demikian, ikuti saja beberapa langkah berikut untuk mengatasinya.

1. Pahami terlebih dahulu. Apakah gejala awal yang Anda alami saat mulai merasa emosi? Kapan kemarahan Anda meledak? Begitu Anda mulai merasa emosi, segera hentikan apa pun yang sedang Anda lakukan, kemudian pergilah ke tempat di mana Anda bisa menyendiri dan menenangkan diri. Ingatkan diri sendiri, bahwa Anda sedang berusaha melawan kemarahan yang Anda rasakan dan bukan melawan anak.

2. Temukan kata yang menenangkan. Saat ada waktu, pikirkan kata atau kalimat apa yang kira-kira dapat
menenangkan Anda, kapan pun Anda merasa sedang emosi. Misalnya : "Sabar, namanya juga anak-anak"

3. Apa yang Anda, anak dan orang lain pikirkan menqenai apa yang Anda lakukan? Saat Anda sedang merasa tenang, bayangkan apa yang Anda, anak dan orang lain pikirkan mengenai apa yang Anda lakukan terhadap anak, jika Anda sedang marah kepadanya. Apa akibat dari apa yang Anda lakukan, hanya karena emosi?

4. Anggap sebagai permainan. Anggap saja kemampuan mengontrol emosi sebagai permainan. Jika emosi Anda meledak, berarti Anda kalah, sedangkan Anda seharusnya bisa memenangkan permainan tersebut. Apa yang bisa Anda peroleh dengan memenangkan permainan tersebut? Penghargaan dan kasih sayang dari anak, orang-orang yang Anda sayangi dan juga diri Anda sendiri

5. Tertawakan saja. Mungkin anak memang sedang menguji kesabaran Anda. Jika biasanya emosi Anda dengan cepat meledak saat anak melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan apa yang Anda inginkan, bagaimana jika Anda mencoba untuk mentertawakannya saja? Setelah itu, katakan kepada diri sendiri, "Masa begitu saja marah?"

6. Minta bantuan kepada anak. Berikan kepercayaan kepada anak untuk membantu Anda. Untuk itu, Anda perlu meminta bantuan kepada anak. Jangan hanya bisa mempersalahkan anak, karena Anak pasti akan lebih mudah diajak bekerja sama, jika Anda memintanya baik-baik. Misalnya : "Mama tidak bisa mengantar kamu ke sekolah, kalau kamu tidak mau memakai baju.Kalau kamu tidak bersekolah, mama yang sedih"

7. Pandangi cermin. Kapan saja Anda merasa marah, pandang bayangan wajah Anda dalam cermin. Apakah Anda menyukai apa yang Anda lihat? Jika tidak, apa yang bisa Anda lakukan untuk mengubahnya?

 8. Segarkan diri. Mencuci muka atau mandi dengan air dingin pasti bisa membuat Anda merasa lebih segar dan nyaman.

 9. Tarik papas dalam-dalam. Hirup udara segar dengan menggunakan hidung, sedalam mungkin. Alirkan udara segar tersebut ke perut, kemudian hembuskan keluar melalui mulut. Lakukan beberapa kali, hingga Anda merasa lebih tenang.

10. Bagaimana dengan curhat? Usahakan sebisa mungkin untuk tidak meluapkan emosi kepada anak. Lebih baik Anda segera menyambar gagang telepon, untuk menceritakan tentang apa yang Anda rasakan kepada sahabat dekat sesama ibu. Minta kepada sahabat Anda untuk mengatakan sesuatu yang dapat membuat Anda merasa lebih tenang dan gembira. Dan jangan lupa melakukan hal yang sama untuknya.




No comments:

Post a Comment