Monday 7 September 2009

Menghindarkan Anak Dari Sifat Penakut

Sudah masyhur kita dengar, kisah keberanian anak-anak yang hidup di zaman Nabi. Begitu banyak kisah anak-anak di bawah umur yang memaksa kepada Rasulullah agar diizinkan ikut berperang bersama prajurit Muslim melawan kaum kafir. Walaupun Rasul melarang anak-anak ikut berperang, mereka memaksa, berlomba-lomba dan berebut agar diizinkan. Ketika Rasul melihat tekad mereka yang begitu kuat dan bulat, terpaksa diberikannya izin, dan ternyata anak-anak itupun berperang tak kalah beraninya dengan para orang tuanya.
Tercatat nama Usamah bin Zaid yang ikut berperang semenjak kecil, dan karena keahliannya maka diangkatlah ia oleh Rasulullah menjadi panglima perang pada usia enam belas tahun. Ada pulua Rafi dan Samurah, dua orang anak yang berebut untuk bisa ikut berperang. Begitu pula si budak kecil, Umair, yang karena keberanian dan keinginannnya yang kuat ia pun dibebaskan oleh majikannya dan bahkan mendapat hadiah pedang yang ia dambakan. Masih ada pula si kecil Salamah, yang sangat ahli memanah, terkenal dapat berlari teramat cepat, dan tentu saja gagah berani.

Bagaimana bisa anak-anak belasan tahun yang setara dengan anak-anak SLTP di zaman sekarang ini sudah begitu ahli dalam berperang? Begitu besar keberanian mereka menantang marabahaya dan maut? Generasi yang kuat Difirmankan Allah Swt dalam al-Qur'an untuk tidak meninggalkan generasi di belakang kita sebagai generasi yang lemah. Karena mereka yang lemah pasti akan ditindas oleh yang kuat.

Kenyataan membuktikan, banyak pejuang Muslim yang menemui syahid dalam pertempuran-pertempuran yang tak seimbang sekadar untuk mempertahankan diri. Penyebab pokoknya adalah karena ummat Islam dalam posisi lemah. Lemah fisik, lemah strategi, lemah koordinasi, lemah dana, lemah fasilitas, lemah segalanya.

Sehingga walau jumlah kita banyak, niat kita ikhlas dan semangat membara, kekalahan juga yang didapat. Keberanian, seringkali hanya dikonotasikan dengan peperangan, sehingga oleh sementara orang hanya dilekatkan kepada pundak laki-laki saja. Sementara jika seorang Muslimah cengeng, penakut dan lemah, dianggap sebagai kewajaran karena fisiknya.

Pengertian ini diluruskan oleh seorang ahli tafsir, Dr Nashruddin Baidan dalam Tafsir bi al-Ra'yi. Menurutnya, baik laki-laki maupun perempuan, sama-sama harus digembleng menjadi generasi yang kuat. Tentara sekuat apapun jika tanpa dukungan kekuatan motivasi kaum wanita, bisa tak berarti apa-apa. Untuk bisa menjadi motivator yang baik tentu saja kaum Muslimah pun perlu memiliki keberanian dan kekuatan mental yang kokoh.

Menurut Nashiruddin, yang diminta Allah mempertahankan negara bukan hanya laki-laki, tetapi semuanya, termasuk wanita dan anak-anak. Cara masing-masing untuk mempertahankan negara bisa berbeda-beda, sesuai kemampuannya. Namun dalam kondisi terjepit, semua jiwa wajib keluar rumah menghadang musuh dalam mempertahankan agamanya, tak peduli laki-laki maupun wanita.

Untuk tujuan pembentukan generasi penerus yang gagah berani itulah ajaran Islam memberikan tuntunan syariat yang perlu diberikan kepada anak-anak. Beberapa di antaranya adalah berikut ini.

1. Olahraga dan permainan fisik

Selain untuk membangun kekuatan, olahraga fisik juga bermanfaat menumbuhkan keberanian dan keahlian. Kuat saja tetapi tak mempunyai keberanian dan keahlian akan sia-sia. Demikian juga yang berani tetapi tak ahli dan lemah, atau yang ahli tetapi lemah dan penakut. Jadi ketiga fungsi saling melengkapi, dan semuanya harus ditumbuhkan dalam diri anak semenjak dini.

Untuk itu Islam menganjurkan beberapa cabang olahraga utama, seperti disampaikan Rasulullah saw dalam hadits-haditsnya, "Segala sesuatu yang tidak menyebut asma Allah maka ia adalah senda gurau belaka, kecuali empat perkara: Berjalannya seseorang di antara dua tujuan (untuk memanah), latihannya untuk menunggang kuda, bermain dengan keluarganya, dan belajar renangnya."

"Ketahuilah, bahwa kekuatan itu adalah memanah. Ketahuilah bahwa kekuatan itu adalah memanah. Ketahuilah bahwa kekuatan itu adalah memanah."Dan juga hadits berikut, "Tidak ada perlombaan (pertaruhan) selain di tapak kaki unta, tapak kaki kuda, dan pemanah."Selain itu Rasulullah pun menganjurkan untuk bermain lembing, seperti pernah beliau izinkan Aisyah melihat orang bermain lembing di masjid. Berenang, memanah, menunggang kuda dan unta, serta bermain lembing, adalah contoh-contoh di zaman Rasulullah. Kepada anak-anak kita perlu ditambahkan latihan menembak, membuat bom, mengendarai mobil, dan bahkan pesawat.

Intinya, semua jenis olahraga itu membangun kekuatan anak, menumbuhkan keberanian dan keahliannya.

2. Penyembelihan hewan Qurban

Hari raya Qurban identik dengan penyembelihan kambing dan sapi. Acara ritual ini cukup baik pula dijadikan ajang menumbuhkan keberanian anak. Di kesempatan ini, orang tua perlu mengajak anak-anaknya, terutama yang laki-laki untuk turut membantu proses penyembelihan, atau setidaknya menonton. Dengan melihat proses penjagalan, melihat muncrat dan mengalirnya darah hewan qurban, ini akan menumbuhkan keberanian dalam jiwa anak, sehingga mereka tak terlalu takut melihat darah.

3. Khitan di usia kanak-kanak

Sunnah khitan dilakukan di masa kanak-kanak, bagi anak laki-laki. Boleh dilakukan ketika anak masih bayi, atau dalam usia antara 5 hingga 10 tahun. Pilihan yang terakhir ini dapat dimanfaatkan bagi orang tua untuk menumbuhkan keberanian anak. Itu sebabnya, sebelum saat khitan tiba, orang tua harus mempersiapkan mental anak dengan sebaik-baiknya, sehingga tidak menjadikan momen khitan ini justru sebagai pengalaman yang menyakitkan dan menakutkan bagi mereka. Karena jika hal ini terjadi, trauma ini bisa membuat anak menjadi penakut hingga dewasa.

4. Penanaman kisah-kisah kepahlawanan
Film dan buku-buku cerita yang mengisahkan tentang keberanian para tokoh pahlawan baik yang fiksi maupun nyata, baik untuk mengembangkan keberanian anak, asalkan adegan dalam kisah-kisah tersebut tidak melampaui batas. Akan lebih baik jika orang tua memilihkan kisah-kisah kepahlawanan para syuhada di zaman Rasulullah saw yang sudah banyak dibukukan.

Selain mengembangkan keberanian anak, juga mengandung nilai-nilai keutamaan yang sangat baik, sehingga anak semakin memahami mengapa, kapan, dan untuk apa mereka harus melatih keberanian. Pilihan untuk mengajak anak berdialog langsung dengan para pejuang yang sudah berpengalaman di medan peperangan adalah alternatif terbaik jika mungkin untuk dilakukan.

5. Aktivitas penuh tantangan
Ayah, adalah orang yang paling tepat mendidik anak laki-lakinya untuk terus mencari aktivitas yang penuh tantangan. Mendaki gunung, memanjat tebing, berkemah, berburu, hingga berlayar, bisa direncanakan. Untuk anak perempuan juga dikembangkan kegiatan serupa dengan tingkat kesulitannya lebih rendah, setidaknya hingga setingkat kemampuan mereka.(Suara Hidayatullah)





No comments:

Post a Comment