Mendidik
anak ternyata tak sesulit memasukkan onta ke lubang jarum, namun juga tak
semudah membalikkan telapak tangan. Satu hal yang membuat pendidikan
menjadi mudah, karena kunci utamanya ternyata hanyalah keteladanan;
namun hal itu menjadi sulit, karena menjadi teladan berarti berjuang
untuk mengubah kebiasaan.
Ingin anak-anak suka membaca, maka
rajinlah membaca; ingin anak-anak suka mengaji, maka rajinlah mengaji;
ingin anak-anak bersikap lemah lembut, jadilah orang yang lembut; ingin
anak-anak bersikap sabar, maka jadilah seorang penyabar. Semua berawal
dari contoh, semua berawal dari kebiasaan orang tua.
Beberapa
hari terakhir ini, saya merasa sangat miris membaca berita di surat
kabar. Pasca Ramadhan, peristiwa-peristiwa kriminal, amoral, dan KDRT
ternyata tak berhenti walau barang sejenak. Paling menyedihkan, ketika
hal itu menimpa anak-anak.
Peristiwa pelecehan seksual yang
dilakukan ayah kandung ataupun ayah tiri kepada anaknya dan bahkan
anak-anak berusia belia terhadap teman atau anak-anak berusia di
bawahnya nampak agak sering menjadi bahan pemberitaan.
Hasil
penelusuran menunjukkan bahwa banyak dari peristiwa tersebut diawali
oleh kebiasaan orang tua yang senang menonton dan menyimpan VCD “dewasa”
di rumah. Siapakah yang bisa disalahkan? Jelas tidak adil jika
kesalahan ditimpakan kepada anak-anak, karena mereka tidaklah mengerti
hingga orang dewasa memberi mereka contoh. Bahkan mungkin mereka pun
tidak mengerti ketika mereka melakukannya, karena mereka hanya meniru.
Sangat-sangat
mengkhawatirkan moral anak-anak kita jika sebagai orang tua, kita tak
mampu memberikan teladan yang baik. Rumah adalah pintu pertama bagi
seorang anak untuk mengenal kehidupan. Jika rumah tak bisa menjadi
miniatur masyarakat yang baik, maka apa jadinya anak-anak kita jika
mereka berada di luar rumah, yang juga semakin “tak ramah” sebagai
sebuah lingkungan pendidikan.
Beberapa orang tua begitu ketatnya
menjaga akhlak anak-anaknya. Namun pergaulan di luar rumah memungkinkan
anak-anak tetap berinteraksi dengan mereka yang berperilaku buruk. Oleh
karena itu, sesungguhnya orang tua tak boleh merasa aman membiarkan
anak-anak berada di luar rumah tanpa pengawasan yang intensif.
Setidaknya orang tua harus tahu dengan siapa anak-anaknya bergaul dan
bermain. Karena jangan salah, perilaku amoral bahkan sudah bisa
dilakukan anak-anak usia TK sekalipun atau bahkan oleh orang-orang dekat
yang kita percayai. Waspada lebih baik daripada menyesal.