Friday 21 January 2011

Dan,dan,dan...



Sambil berlari-lari kecil,sulungku menyodorkan sebuah buku padaku.Matanya tapak berbinar gembira saat ia berkata,”Lihat ummi aku dapat nilai 9 untuk pelajaran matematika!”Kualihkan pandanganku dari novel yang sedang kubaca.
“Hmm.....bagus,kamu pintar nak,tapi harusnya kamu bisa dapat nilai sepuluh kalau saja tidak ada yang salah.”Senyum yang sempat terlihat di wajahnya samar-samar menghilang.”Yaah,aku kan sudah mengerjakan seperti yang diajarkan ummi,tapi kenapa bisa salah ya?”

Lain hari,Zaidan,anak ketigaku ‘membantuku’ memasak di dapur.Ia mencoba mengupas bawang putih.Dalam waktu lima menit,tiga siung bawang putih sudah berhasil dikupasnya.”Aku pintar ya,bisa membantu ummi memasak,”teriaknya ceria.
“Iya sih....tapi lihat,kulit bawang putihnya kamu sebar kemana-mana.Dapurnya jadi kotor kan?”

Suatu ketika si kecil Muthia merebut sapu dari tanganku.
“Tia bica capu-capu kayak ummi!” teriaknya sambil menggoyang-goyangkan sapu ke kanan dan ke kiri.Alih-alih tambah bersih,sampah justru bertebaran kemana-mana.
“Terima kasih ya,Muthia sudah bantu ummi....tapi lain kali nyapunya pelan-pelan saja ya.”

Betapa seringnya aku mengucapkan kata ‘tapi,tapi,dan tapi’.Awalnya aku memang memuji kelebihan anakku,tapi seringkali tanpa sadar aku menyertakan kata ‘tapi’ di belakangnya.
“Hebat,kamu sudah bisa gosok gigi sendiri,tapi lain kali busanya jangan sampai mengotori kamar mandi ya.”
“Wah,kereeen,gambarmu bagus sekali,tapi menurut ummi hidungnya terlalu besar tuh.”
“Terima kasih ya sudah membelikan ummi garam,tapi besok lagi kembaliannya jangan buat jajan ya!”
Dan tapi-tapi yang lain.


Hingga suatu hari aku membaca sebuah artikel dalam Chicken Soup yang menceritakan bagaimana kata’ tapi’ bisa membuat seorang anak kehilangan semangat.
Jika sungguh ingin cinta kita mengalir pada anak-anak ,mulailah berpikir dengan ‘dan,dan,dan.’

“Kamu pintar nak,dan ummi yakin kamu bisa lebih hebat lagi dengan semakin rajin belajar!”
“Terima kasih sudah membantu ummi,dan ummi akan sangat senang bila kau mau membersihkan sampah yang bertebaran itu.”
“Hebat,kamu sudah bisa gosok gigi sendiri,dan pasti lebih hebat bila busanya juga kau bersihkan!”

Kita perlu sadar bahwa kata ‘tetapi’ membuat orang merasa buruk-sedangkan ‘dan’ membuat orang merasa baik.Dalam kaitannya dengan anak-anak,membuat mereka merasa baik jelas merupakan tujuan kita.Apabila mereka merasa baik tentang dirinya dan tentang pekerjaannya,mereka bersedia mengerjakan lagi hal yang sama,percaya diri mereka terbangun,dalam membuat keputusan dan dalam membina hubungan yang harmonis dengan orang lain.

Sebaliknya,apabila segala yang mereka pikirkan,ucapkan,atau perbuat dicela atau direndahkan dengan cara apapun,kegembiraan mereka berkurang sementara kemarahan mereka bertumpuk.

Yakinlah,bila harapan anak-anak terus diasah secara positif dan kemudian mereka diajari,diberi teladan,dan diberi kesempatan berekspresi,hal-hal yang menakjubkan akan terjadi!

Tuesday 11 January 2011

Latih Disiplin Anak Tanpa Memukul

Setiap keluarga mempunyai cara sendiri-sendiri untuk menanamkan kedisiplinan pada anak.Walau berbeda,tetapi tujuannya sama yaitu menangani anak bandel atau yang bertingkah nakal.

Ketika kita melihat si kecil berbuat kenakalan,entah itu saat di rumah,waktu jalan-jalan di mall,atau ketika berkunjung ke rumah tetangga,mungkin secara refleks kita akan berteriak,”Berhenti!”.Atau bisa jadi kita akan memukul si kecil agar tidak melanjutkan perbuatannya.

Tahukah Anda,menurut pakar psikologi anak,menangani anak nakal dengan cara berteriak atau memukul dapat menimbulkan efek negatif pada emosi si kecil.Agar disiplin bisa dilatih sejak dini,kenali cara lain yang lebih efektif untuk buah hati Anda seperti yang dikutip dari Modern Mom.

Beda usia,beda cara

Pertimbangkan usia anak kita.Cara menanamkan disiplin pada anak tidak sama di tiap usia.Misalnya,untuk anak berusia 15 bulan kita bisa menggunakan cara pengalihan perhatian untuk membuatnya disiplin.Berbeda dengan anak yang usianya lebih muda atau lebih tua dari itu,kita mungkin bisa mengabaikan mereka jika merengek-rengek atau bertindak yang tidak tepat untuk mendapatkan perhatian kita.

Beri contoh

Contohkan perilaku yang baik agar si kecil menirunya.Menurut penelitian,teknik itu teknik itu selalu direspon baik oleh anak-anak.Beri si kecil contoh apa yang harus dilakukan,bukan apa yang tidak boleh dilakukan.Anak-anak lebih mudah meniru orang dewasa.Mereka lebih mudah menerima pendekatan itu daripada diberi tahu tentang apa yang tidak boleh mereka lakukan.

Berpegang pada aturan

Tetaplah berpegang pada aturan yang telah kita tetapkan pada sang buah hati.Setelah memberi tahu harapan kita pada si kecil,hal itu akan memperkuat perilaku yang ingin kita lihat pada si kecil.

Beri penghargaan

Kita harus selalu mengingat untuk memberi penghargaan pada  setiap tindakannya yang baik.Lontarkan pujian kepada si kecil tidak hanya melalui kata-kata,tapi juga menawarkan hadiah favoritnya.Si kecil tentu akan merasa benar-benar bangga pada dirinya sendiri.

Ungkapkan ketidaksetujuan kita

Selalu ungkapkan pendapat kita bila tindakannya tidak tepat.Jelaskan kepadanya tentang perilaku yang tidak baik.Mengekspresikan pendapat kita merupakan pendidikan keluarga yang bagus.Ini akan efektif mengubah perilaku si kecil.

Konsekuensi

Jika anak tidak disiplin atau melakukan kesalahan untuk pertama kalinya,segera ungkapkan kalau ia bersalah.Hal ini untuk menghindari agar ia tidak melakukan kesalahan yang sama untuk kedua kalinya.Katakan juga padanya bahwa setiap kesalahan memiliki konsekuensi,misalnya tidak diijinkan menonton TV selama beberapa hari atau tidak mendapat uang saku.

Jangan memberikan hukuman fisik seperti memukul,hal itu hanya akan menimbulkan trauma dan merenggangkan hubungan kita dengan si buah hati.Memberikan konsekuensi atas setiap kesalahan anak juga akan melatih perkembangan psikologisnya.Mereka menjadi lebih peka dan berpikir panjang sebelum melakukan suatu tindakan.(YahooNews)