Tuesday 24 August 2010

11 Aturan Dasar Membesarkan Anak Ala Nanny Stella


Penonton setia acara Nanny 911 pasti tak asing dengan nama Nanny Stella. Acara ini memiliki banyak penonton karena para nanny yang terlibat harus membantu keluarga tersebut mencapai kerja sama dan mengubah kekacauan menjadi ketenangan hanya dalam waktu 7 hari.



Beberapa waktu lalu, Nanny Stella mengunjungi Jakarta untuk berbagi 11 aturan dasar (11 Commandments) dalam membesarkan anak. Aturan-aturan ini ia buat bersama salah seorang sahabatnya, Nanny Deb, yang juga ikut dalam acara tersebut. Pengalamannya selama kurang lebih 15 tahun dalam mengasuh anak, ditambah pendidikannya selama 2 tahun di National Nursery Education Board membuatnya percaya diri untuk menerbitkan 11 aturan dasar ini.

Menurutnya, aturan dasar ini lintas usia, lintas negara, tidak situasional, tidak emosional, absolut, dan dibuat untuk menghindari tindakan-tindakan buruk yang bisa saja terjadi di masa mendatang.

Berikut adalah 11 aturan tersebut, yang disampaikan Nanny Stella dalam seminarnya di JITEC, Mangga Dua Square, Jakarta, Sabtu (7/12/09) lalu.

1. Bersikap konsisten
Tidak artinya tidak. Ya, artinya ya. Jika Anda ingin memberlakukan “timeout” kepada anak Anda, lakukanlah. Jangan berhenti atau membatalkan hal tersebut hanya karena ada gangguan.

2. Setiap tindakan punya konsekuensi
Tingkah laku yang baik mendapat imbalan. Tingkah laku buruk mendapat hukuman. Berikan penjelasan jika memang ada imbalan untuk sesuatu yang baik yang ia lakukan, atau hukuman jika ia melakukan kesalahan. Misal, Anda sekeluarga akan berlibur ke tempat liburan yang menyenangkan jika anak bisa meraih angka bagus di rapor. Atau, jika malas belajar, ia akan tinggal kelas.

3. Katakan seperti apa yang Anda inginkan
Berpikirlah sebelum bicara, atau rasakan akibatnya. Jika si anak pernah melanggar perintah Anda, maka hukumannya pun harus jelas, dan Anda harus melakukan hukuman tersebut. Jika Anda melanggar sistem ganjaran Anda sendiri, maka si anak akan terbiasa mengabaikan hukuman yang Anda tetapkan untuk hal-hal lain. Bersiaplah, karena hal ini akan berujung pada pembangkangan.

4. Orangtua bekerja sama sebagai satu tim
Kalau Anda dan pasangan tidak saling setuju dalam satu hal, anak Anda tidak akan tahu siapa yang harus ia dengarkan. Hasilnya, ia tak akan mendengarkan siapa pun. Ini tak hanya berlaku untuk Anda dan pasangan saja, tetapi juga untuk semua orang yang berada di tempat Anda membesarkan si anak. Entah itu pengasuh, ibu-ayah, kakek-nenek, paman-bibi, semua yang terlibat dengan si anak. Jangan sampai ada yang memiliki kata-kata yang saling bertolak belakang, karena anak bisa bingung dan malah berakibat buruk baginya.

5. Jangan berjanji jika tak bisa ditepati
Kalau Anda menjanjikan sesuatu kepada si anak, pastikan janji tersebut terpenuhi. Jika Anda tak pasti bisa memberikan janji tersebut kepada anak, lebih baik jangan dikatakan. Karena ingkar janji bisa jadi hal yang sangat menyakitkan untuk anak.

6. Dengarkan anak-anak Anda
Akui perasaan mereka. Katakan, “Ibu mengerti”, tapi ucapkan dengan sungguh-sungguh, lalu luangkan waktu untuk benar-benar mendengarkan Anda. Karena mereka butuh orang yang bisa dan mau mendengarkan keluh-kesah mereka. Jika mereka bersandar kepada orang yang salah, hasilnya bisa menjadi hal yang tak benar untuknya. Cobalah untuk menjadi sahabat mereka dan dengarkan apa yang mereka rasakan. Rasakan nikmatnya menjadi orang terdekat yang mengerti mereka.

7. Tentukan rutinitas
Rutinitas membuat anak Anda merasa aman dan memberi struktur terhadap waktu yang mereka miliki. Namun tak selalu berarti harus mengikuti jadwal sesuai jam. “Rutinitas itu penting, agar anak-anak jadi tahu apa yang akan mereka lakukan selanjutnya. Tak perlu berdasarkan jam, berdasarkan rutinitas juga bisa. Dengan demikian mereka belajar keteraturan. Misalnya, usai bermain di sore hari, mereka mandi, makan malam, sikat gigi, cuci kaki, lalu tidur,” ujar Nanny Stella.

8. Rasa hormat berlaku dua arah
Kalau Anda tidak menghormati anak Anda, mereka tidak akan menghormati Anda. Hukumnya “perlakukan orang lain seperti Anda ingin diperlakukan”. Menghormati mereka dengan memberikan apa yang menjadi hak mereka tanpa menunda, juga mendengarkan apa yang mereka ingin katakan.

9.Penguatan positif lebih baik dari penguatan negatif
Sanjungan, pujian, dan kebanggaan jauh lebih bermanfaat daripada bersikap nyinyir, negatif, dan mengacuhkan. Lebih baik mengucapkan penguatan positif kepadanya untuk menyampaikan maksud Anda, bukan menunjuk ke suatu kata sifat yang melabeli. Misalnya, “Mama senang sekali melihat usaha kamu meningkatkan nilai Matematika kamu” lebih baik ketimbang, “Kamu pintar. Nilai Matematika kamu sudah naik 1 angka di rapor”. Ketika Anda melabeli suatu titik, ia akan berhenti di sana dan tidak berusaha untuk berkembang.

10. Tingkah laku adalah hal yang universal
Tingkah laku yang baik diterima oleh siapa pun. Contohkan padanya untuk mengucapkan “terima kasih, tolong, atau maaf” kepada orang-orang yang bersinggungan. Di mana pun, sopan-santun selalu diperlukan. Ajarkan tata krama kepadanya lewat tindakan Anda. Anak seperti kaset kosong yang merekam apa pun yang mereka lihat dari orang-orang, atau apa yang ia saksikan. Maka, berikan contoh terbaik kepadanya
.
11. Definisikan peran Anda sebagai orangtua
Bukan tugas Anda untuk membuat anak menempel pada Anda. Tugas Anda adalah mempersiapkan anak untuk menghadapi dunia luar, dan membiarkannya menjadi diri sendiri. Jangan selalu menempel dan membantunya mengerjakan segala hal. Sesekali ia pun harus belajar menghadapi rasa sakit hati, rasa gagal, juga rasa tak mampu. Ini penting agar ia bisa mencari jalan untuk mengatasi keterbatasannya.(kompas.com)

Pengaruh Pelayanan Terbaik Bagi Anak


Memiliki anak berarti sudah harus siap menjadi 'pelayan'. Orangtua akanmemberikan layanan kepada anak sejak kecil hingga dewasa, atau bahkanmungkin sepanjang hidupnya. Bentuk pelayanan itu akan berubah sesuai kebutuhannya. Ketika masih bayi, orangtua melayani anak dengan cara banyak hal. Misalnya, menggantikan popok, membuatkan susu, memberikan makan, memandikan, dan banyak hal lainnya. Ketika anak menginjak usia remaja, orangtua memberikan pelayanan dengan cara membantu hal-hal yang ia belum mampu melakukannya. Misalnya, memperbaiki sepeda, mengantar anak ke toko buku, atau membantu menyelesaikan masalah-masalah pribadinya.

Tindakan melayani di atas terkadang tidak jarang membuat ibu atau ayahmerasa kesal atau enggan untuk melakukannya. Apalagi ketika mereka sedang banyak urusan atau merasa sudah sangat letih dengan pekerjaan dan masalah lainnya. Perasaan seperti itu hendaknya dapat ditepis,sebab bagaimanapun segala bentuk pelayanan yang diberikan orangtua kepada anak merupakan hal yang dapat terekam kuat di pikirannya.

Pelayanan yang diberikan orangtua akan menjadi kenangan indah yang sulit untuk dilupakan oleh anak, bahkan sebaliknya. Suatu saat nanti ketika ia dewasa dan memiliki anak, ia akan dengan senang hati menceritakan kenangannya tersebut dan bahkan melakukan hal yang sama (contoh membantu dan berempaty) terhadap buah hatinya atau bahkan kepada orang-orang yang ada di dekatnya.

Rasanya, akan sangat bahagia jika buah hati kita masih mengingat masa indah mendapat pelayanan yang tulus dari orangtuanya. Oleh karena itu,jadikanlah segala bentuk pelayanan yang orangtua berikan kepada anak tersebut sebagai bentuk kasih sayang. Hindari bentuk pelayanan tersebut dengan diikuti sebuah syarat. Tindakan tersebut akan mengurangi bentuk kasih sayang orangtua terhadap anak. Misalnya 'Mama atau Ayah akan membantumu mengerjakan PR, asal kamu juara kelas, asal kamu mengambilkan koran setiap hari, asal kamu mau....' dsb.

Seperti yang diungkapkan oleh Garry Chapman (2007) bahwa memberikan pelayanan yang terbaik kepada anak mempunyai pengaruh jangka panjang bagi anak. Ia akan menjadi seseorang yang bahagia dan memiliki kebiasaan baik dalam menjalani hidupnya. Selain itu, kebaikannya tersebut suatu saat nanti akan dapat dirasakan oleh orang-orang yangada di sekelilingnya.(perkembangananak.com)

Saturday 21 August 2010

Anak Depresi


Karier, jabatan, pangkat merupakan sesuatu yang sering dikejar oleh banyak orang. Bukan saja merupakan dambaan kaum laki-laki sebagai seorang kepala rumah tangga, tetapi juga banyak kaum wanita (ibu) yang mendambakan untuk mencapai karir sesuai yang diharapkan.

Sebagai salah satu konsekuensi pencapaian karir tersebut, dibutuhkan waktu dan energi yang tidak sedikit.  Hal demikian sering membuat kesempatan untuk 'lebih dekat' dengan anak menjadi semakin berkurang.  Kurangnya komunikasi dan memberikan perhatian kepada anak membuat anak menjadi merasa sepi dan hampa.  Antara orangtua dan anak tidak terjalin ikatan batin.  Tidak ada waktu untuk saling berbagi perasaan.

Apabila kondisi seperti di atas dibiarkan berlarut-larut, khawatir akan terjadi sebuah penyakit yang dinakan depresi pada anak. Frederic Luskin (2004) menyatakan bahwa depresi merupakan suatu penyakit yang menyebabkan perasaah sedih, hampa, dan putus asa dalam kurun waktu yang lama sehingga mengganggu fungsi kemampuan anak-anak atau remaja.

Ada beberapa ciri yang dapat kita lihat pada anak yang mengalami depresi diantaranya adalah:
1. Acapkali sedih dan menangis
2. Keputusasaan
3. Tidak mampu menikmati aktivitas yang sebelumnya menjadi favoritnya
4. Terus menerus merasa bosan dan kurang energi
5. Kurang menghargai diri dan merasa bersalah
6. Sensitif yang berlebihan, melakukan penolakan atau merasa gagal
7. Cepat marah atau adanya rasa permusuhan
8. Sulit dalam bertaman
9. Sering absent dan sering tidak masuk sekolah
10. Sering mengeluh penyakit-penyakit fisik, seperti sakit kepala dan sakit perut
11. Kurang konsentrasi
12. Berpikir untuk melakukan bunuh diri atau perilaku yang merugikan diri sendiri
13. Alkohol dan drug

Anak yang menderita depresi sangat membutuhkan pertolongan dan dukungan yang serius, baik dari orangtua, dirinya sendiri, dan juga teman atau lingkungannya. Pada kondisi anak sedang depresi, perhatian dan keterlibatan orangtua dan orang-orang yang ada didekatnya sangatlah berarti baginya. Sangatlah penting bagi orangtua untuk segera menyadari bahayanya membiarkan anak dalam kondisi depresi. Orangtua harus mampu memberikan perhatian secara serius sebab jika tidak, risikonya akan lebih besar.

Sebelum terjadi penyesalan yang mendalam, berikanlah yang terbaik untuk buah hati kita. Mulailah memperhatikan anak-anak kita, apakah ada salah satu atau beberapa tanda di atas terjadi pada anak kita?. Jika ya, segeralah orangtua bertindak dan memperbaiki pola pengasuhan pada anak. Bukankah apa yang dikerjakan orangtua selama ini adalah untuk membuat buah hati tercinta bahagia?. (yer)